Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) telah menuduh Evergrande Group, salah satu perusahaan properti terbesar di Tiongkok, melakukan manipulasi laporan keuangan secara besar-besaran. Otoritas regulasi mencurigai bahwa Evergrande telah menggelembungkan pendapatan sebesar USD 78 miliar atau sekitar Rp1.227 triliun selama dua tahun terakhir. Tuduhan ini menjadi skandal keuangan terbesar dalam sejarah Tiongkok, mengingat posisi Evergrande sebagai salah satu pemain utama di pasar properti Negeri Tirai Bambu.
Definisi
Skandal manipulasi laporan keuangan Evergrande merujuk pada dugaan tindakan fraudulensi yang dilakukan oleh Evergrande Group, salah satu raksasa properti di Tiongkok. Manipulasi laporan keuangan ini melibatkan penggelembungan pendapatan sebesar USD 78 miliar atau sekitar Rp1.227 triliun selama dua tahun. Kasus ini diungkap oleh Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) dan dianggap sebagai salah satu skandal keuangan terbesar dalam sejarah Tiongkok. Selain itu, perusahaan ini juga menghadapi denda besar dan pelarangan terhadap pendirinya untuk terlibat di pasar saham seumur hidup.
Tujuan
Pengungkapan dan penanganan skandal ini adalah untuk mengungkap dan mengatasi ketidakakuratan serta praktik manipulatif dalam laporan keuangan yang dapat merugikan investor dan perekonomian negara. Melalui tindakan ini, CSRC berupaya memperkuat integritas pasar keuangan di Tiongkok, mencegah terjadinya praktik serupa di masa depan, dan menjaga kepercayaan publik serta investor terhadap sektor properti dan pasar modal Tiongkok.
Baca Juga: CGC : Kominfo Catat Belanja Anggaran Terbesar Sementara Pusat Data Nasional Terkena Serangan Cyber
Penjelasan
Penyelidikan yang di lakukan oleh CSRC selama delapan bulan mengungkap adanya pemalsuan dalam laporan keuangan perusahaan untuk tahun 2019 dan 2020. Akibatnya, CSRC menjatuhkan denda sebesar 4,175 miliar yuan, yang setara dengan sekitar Rp9,1 triliun, kepada Evergrande. Selain itu, Xu Jiayin, pendiri dan mantan bos Evergrande, di hukum membayar denda tambahan sebesar 47 juta yuan atau sekitar Rp102 miliar. Xu Jiayin juga di larang untuk terlibat dalam pasar saham seumur hidup.
Menurut Diana Choyleva, seorang ekonom internasional, situasi ini telah di prediksi sebelumnya. Choyleva menyatakan bahwa Evergrande di perkirakan akan mengalami likuidasi yang berkepanjangan. Hal ini semakin di perparah oleh fakta bahwa perusahaan tersebut resmi di nyatakan bangkrut pada kuartal ketiga tahun 2023, setelah gagal membayar utang sebesar USD 340 miliar atau sekitar Rp5.348 triliun pada tahun 2021.
Gagalnya Evergrande menjadi simbol krisis jangka panjang di pasar properti Tiongkok. Perusahaan tersebut kemudian di haruskan untuk likuidasi dan di ambil alih oleh pemerintah setempat pada awal tahun 2024. Kegagalan ini tidak hanya mempengaruhi pasar domestik, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang dampak terhadap pemberi pinjaman luar negeri dan bisnis asing yang beroperasi di Tiongkok.
Dengan situasi ini, banyak pihak menantikan dampak lanjutan dari skandal keuangan ini dan bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi perekonomian Tiongkok serta hubungan ekonomi internasionalnya.
Kesimpulan
Skandal manipulasi laporan keuangan yang melibatkan Evergrande Group. Salah satu perusahaan properti terbesar di Tiongkok, merupakan kasus penipuan keuangan terbesar dalam sejarah Tiongkok. Evergrande di duga menggelembungkan pendapatan sebesar USD 78 miliar, yang mengarah pada denda signifikan dan larangan seumur hidup untuk pendirinya. Kegagalan Evergrande, yang telah di nyatakan bangkrut, menimbulkan dampak luas, baik terhadap pasar properti domestik maupun hubungan ekonomi internasional. Serta menimbulkan kekhawatiran mengenai implikasi terhadap pemberi pinjaman luar negeri dan bisnis asing di Tiongkok.
HUBUNGI KAMI :
Hot Line : (+62) 21-8690-9226
WhatsApp : 0817-9800-163
HP : 0817-9800-163
Email: info@binacitraglobal.com
Sumber